"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin,
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
orang-orang yang berbuat riya,
dan enggan (menolong dengan) barang berguna."
[Al Maa'uun , ayat 1 hingga 7]
Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan
terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada
dalam duka cita yang mencengkam. Selendangnya menutupi hampir seluruh
wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang
bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat
menghapus kesan kepedihan yang sedang melanda hidupnya. Ia melangkah
terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.
Diketuknya pintu perlahan-lahan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah
ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan
masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia
berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan
berkenan mengampuni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?"
tanya Nabi Musa AS terkejut. "Saya takut mengatakannya. " jawab wanita
cantik itu. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan
itupun terpatah bercerita, "Saya ......telah berzina." Kepala Nabi Musa
terangkat, hatinya tersentak.
Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas hamil.
Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya
sampai...... tewas", ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya. Nabi
Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia mengherdik," Perempuan
hina, nyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku
kerana perbuatanmu. Pergi!"...teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata
kerana jijik.
Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca dihentam batu, hancur
luluh, segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari
dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus
ke mana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi
kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula
manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya,
betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahawa sepeninggalnya, Malaikat
Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Jibril lalu bertanya,
"Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya?
Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya? " Nabi Musa
terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita penzina dan
pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada
Jibril.
"Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?"
"Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa lagi. "Orang yang meninggalkan solat dengan sengaja dan tanpa
menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina".
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk
menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusyuk untuk
memohonkan keampunan dari Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan
tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu
tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh
perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur
dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh bererti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu
berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima
kedatangannya.
Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman Arroisy) Dalam
hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan solat lebih besar
dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh
70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.
Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan solat
sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa
dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun.
Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akhirat
perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.
Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita penzina dan dua hadis Nabi,
mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk
melaksanakan kewajiban solat dengan istiqomah.
Artikel diperoleh dr hidayahnet@yahoogroups.com
Mazhab (Sosiologi) Pendidikan: Punca Kita Sukar Sependapat
-
Pendahuluan Mengapa perbincangan tentang pendidikan sering kali menimbulkan
perbezaan pendapat? Sudah tentu, ini bermula daripada perbezaan di antara
penda...
No comments:
Post a Comment